Kajian Bandingan Novel Pramoedya Ananta Toer yang Berjudul Bukan Pasar Malam dan Novel Bumi Manusia dari Segi Unsur Instrinsik.
Kajian Bandingan Novel Pramoedya Ananta Toer yang Berjudul Bukan Pasar Malam dan Novel Bumi Manusia dari Segi Unsur Instrinsik.
Sastra bandingan adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori sendiri. Dalam langkah-langkah yang dilakukannya, metode perbandingan adalah yang utama. Dalam kajian ini, akan membuat batasan terhadap ilmu kajian yang akan di bahas, yaitu mengenai yang berkenaan dengan kajian struktural yaitu intrinsik yang meliputi tema, alur dan pelataran. Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Alur adalah struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang disusun secara kronologis. Atau definisi alur yaitu merupakan rangkaian cerita sejak awal hingga akhir. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan yang terdapat dalam cerita harus berkaitan satu sama lain, seperti bagaimana suatu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lainnya, lalu bagaimana tokoh yang digambarkan dan berperan di dalam cerita yang seluruhnya terkait dengan suatu kesatuan waktu. Latar adalah segala keterangan, petunjuk pengaluran yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana. Latar meliputi letak geografis, pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan agama, moral, intelektual social dan emosional tokoh.
Novel bumi manusia dan novel bukan pasar malam adalah kedua karya Pramoedya Ananta Toer. Novel bukan pasar malam berkisah tentang pemuda yang memiliki ayah seorang pejuang nasionalis. Sang ayah terkena penyakit TBC, kemudian ia mengirim surat kepada sang anak yang saat itu tinggal di Jakarta untuk kembali ke Blora kediaman ayah dan keluarganya. Selama perjalanan pulang ke Blora pemuda tersebut didampingi oleh istrinya yang keturunan pasundan, ia gadis yang cantik namun cerewet, mereka baru menikah setengah tahun yang lalu. Selama perjalanan sang pemuda mencoba memerkenalkan keindahan daerah asalnya kepada istri terkasih, hingga akhirnya pemuda tersebut tiba di kampung halaman dan bertemu sang ayah tercinta yang tergolek lemah tak berdaya karena TBC.
Bumi Manusia merupakan novel pertama dalam tetralogi Pulau Buru. Kisah dalam bumi manusia berangkat dari abad ke-19 yang pada saat itu masa kolonialisme Belanda menduduki tonggak pemerintahan bumi pertiwi. Suasana zaman penjajahan yang menegangkan, mengharu biru, mencekam, dan memprihatinkan melatari penggalan demi penggalan cerita. Meskipun ada beberapa penggalan yang menyentuh naluri dari cinta kasih orangtua kepada anak dan bumbu-bumbu romansa percintaan antara Minke dan Annelies.
Berikut adalah perbandingan dari kedua novel dari segi unsur instrinsiknya:
Menggunakan dialog yang dipertegas oleh pengarang sendiri, kita dapat menangkap tema kekeluargaan pada penggalan tersebut, seperti: “Ya, Mama ingin melihat kau berbahagia untuk selama-lamanya. Tidak mengalami kesakitan seperti aku dulu. Tak mengalami kesunyian seperti sekarang ini: tak punya teman, tak punya kawan, apalagi sahabat. Mengapa tiba-tiba datang membawa kebahagianan?” (BM: 109)
Penggalan di atas adalah dialog dari Nyai Ontosoroh kepada anaknya Annelies, ketika sedang berada di kamar. Dari kutipan di atas jelas sekali bahwa Nyai Ontosoroh menginginkan yang terbaik untuk anaknya, sebagaimana mesitnya orangtua berlaku untuk selalu mewujudkan kebahagiaan sang anak.
Pada novel Bukan Pasar Malam juga bertemakan kekeluargaan, hal itu membuktikan ketika saat ayah menghadapi ajalnya dan pada saat itu tokoh aku,istirnya dan adik-adiknya mendampingi ayahnya dan membimbing ayahnya mengucapkan lafaz Allah saat sang ayah menghadapi sakaratul maut. Hal itu terlihat tanda bakti seorang anak kepada ayahnya.
Tema keluarga yang berkontribusi dalam roman karangan Pram ini memegang andil terbesar sebagai sumbangan ide cerita selain alur, tokoh dan latar. Novel ini menyuguhkan oleh kentalnya makna sebuah keluarga. Keluarga yang terpaksa lahir karena kealpaan orangtua atau kelalaian bertugas. Serta keluarga juga yang pada akhirnya menjadi pelabuhan terkahir kala badai menerjang sang kapal.
Alur pada novel Bumi Manusia adalah alur kilas balik atau flashback. Teknik ini menempatkan peristiwa yang mana berisi peralihan dari keadaan satu kepada keadaan yang lain yang terjadi di masa lalu ditampilakn dalam suatu rangkaian perisitiwa. Di mana dalam rangkaian tersebut juga memuat alur maju dan mundur yang mana tergantung oleh kondisi si tokoh dalam cerita. Hal ini terdapat pada dialog berikut ini:
“Tigabelas tahun kemudian catatan pendek ini kubacai dan kupelajari kembali, kupadu dengan impian, khayal. Memang menjadi lain dari aslinya. Tak kepalang tanggung. Dan begini kemudian jadinya”.
Jadi alur dari kedua novel tersebut sebenarnya adalah sama-sama memiliki alur kilas balik atau flashback.
Selain itu, terdapat pula latar yang melandasi suasana yang membawa unsur-unsur pendukung untuk menguatkan cerita. Yakni diantaranya waktu berlalunya kejadian, musim terjadinya, lingkungan agama, sosial, emosional, budaya serta latar fisikal.
Latar suasana pada novel bukan pasar malam adalah mengharukan. Dalam kalimatnya:
“Kemarin dan kemarin dulu bapak tersenyum saja banyak senyumnya. Tapi
tadi… tadi… dan tadi pagi ayah tak tersenyum lagi. Suaranya sudah menajdi
rendah dan hamper tak kedengaran”. (Pram,1951:25).
Kutipan ini menggambarkan perubahan keadaan bapak menjadi tidak bertenaga
lagi sehingga membuat adik-adiknya merasakan perubahan dan membuatnya sedih.
Suasana tegang dan bingung yang dirasakan tokoh “aku” setelah mendapat surat dari
pamannya bahwa ayahnya jath sakit dan kenyataan bahwa ia tidak mempunyai uang
untuk pulang ke Blora.
Sedangkan pada novel bumi manusia latar suasana nya adalah menegangkan seperti pada kutipan- kutipan berikut ini:
“Petir pun takkan begitu mengagetkan. Kegelisahan merambat-rambat ke seluruh tubuh, sampai pada kaki, dan kaki pun jadi salah tingkah. (BM: 69)
“Aku akui: badanku gemetar, walau hanya sedikit. Dalam keadaan seperti ini aku hanya dapat menunggu kata-kata Nyai. Tak ada orang lain bisa diharapkan. Celakalah aku kalau dia diam saja. Dan memang dia diam saja”. (BM: 64)
“Darahku naik ke kepala mendengar itu. Bibirku menggeletar kering. Gigiku mengkertak. Aku melangkah perlahan mendekatinya dan sudah siap hendak mencakar mukanya. Dia telah hinakan semua yang telah aku selamatkan, pelihara dan usdahakan, dan aku sayangi selama ini”. (BM: 145)
“Pagihari itu langit tak bermendung. Minggu cerah. Hatiku sendiri yang tidak ikut cerah. Mega-mendung yang melintasi antariksa dalam dada, memberitahukan akan datangnya badai”. (BM: 393)
“Aku lari menjemput di tangga rumah. Mama turun lebih dulu. mukanya merahpadam. Ia mengulurkan tangan pada Annelies yang masih di dalam. Dan keluarlah istriku, pucatpasi bermandi airmata, membisu. Begitu turun ia terus menubruk dan merangkul aku”. (BM: 482)
Jadi kesimpulannya tema dari kedua novel tersebut adalah kekeluargaan, kedua novel tersebut mengandung unsur kekeluargaan yang sangat kental dan unsur-unsur sosial lainnya. Alur dari kedua novel tersebut adalah kilas balik atau flashback namun novel bukan pasar malam juga ada alur maju nya. Latar tempat kedua novel tersebut sama-sama dipulau Jawa, novel bukan pasar malam di daerah Blora dan Semarang, jika novel bumi manusia di daerah Surabaya dan Wonokromo. Latar suasana novel bukan pasar malam adalah mengharukan sedangkan latar suasana bumi manusia menegangkan.
Oleh: Rizqiana Lestari (2125152132)
Kajian bandingan dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks (sastra), yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu. Sedangkan secara khusus dapat dikatakan bahwa kajian bandingan berusaha menemukan aspek-aspek tertentu yang telah ada pada karya-karya sebelumnya pada karya yang muncul lebih kemudian.Sastra bandingan adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori sendiri. Dalam langkah-langkah yang dilakukannya, metode perbandingan adalah yang utama. Dalam kajian ini, akan membuat batasan terhadap ilmu kajian yang akan di bahas, yaitu mengenai yang berkenaan dengan kajian struktural yaitu intrinsik yang meliputi tema, alur dan pelataran. Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Alur adalah struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang disusun secara kronologis. Atau definisi alur yaitu merupakan rangkaian cerita sejak awal hingga akhir. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan yang terdapat dalam cerita harus berkaitan satu sama lain, seperti bagaimana suatu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lainnya, lalu bagaimana tokoh yang digambarkan dan berperan di dalam cerita yang seluruhnya terkait dengan suatu kesatuan waktu. Latar adalah segala keterangan, petunjuk pengaluran yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana. Latar meliputi letak geografis, pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan agama, moral, intelektual social dan emosional tokoh.
Novel bumi manusia dan novel bukan pasar malam adalah kedua karya Pramoedya Ananta Toer. Novel bukan pasar malam berkisah tentang pemuda yang memiliki ayah seorang pejuang nasionalis. Sang ayah terkena penyakit TBC, kemudian ia mengirim surat kepada sang anak yang saat itu tinggal di Jakarta untuk kembali ke Blora kediaman ayah dan keluarganya. Selama perjalanan pulang ke Blora pemuda tersebut didampingi oleh istrinya yang keturunan pasundan, ia gadis yang cantik namun cerewet, mereka baru menikah setengah tahun yang lalu. Selama perjalanan sang pemuda mencoba memerkenalkan keindahan daerah asalnya kepada istri terkasih, hingga akhirnya pemuda tersebut tiba di kampung halaman dan bertemu sang ayah tercinta yang tergolek lemah tak berdaya karena TBC.
Bumi Manusia merupakan novel pertama dalam tetralogi Pulau Buru. Kisah dalam bumi manusia berangkat dari abad ke-19 yang pada saat itu masa kolonialisme Belanda menduduki tonggak pemerintahan bumi pertiwi. Suasana zaman penjajahan yang menegangkan, mengharu biru, mencekam, dan memprihatinkan melatari penggalan demi penggalan cerita. Meskipun ada beberapa penggalan yang menyentuh naluri dari cinta kasih orangtua kepada anak dan bumbu-bumbu romansa percintaan antara Minke dan Annelies.
Berikut adalah perbandingan dari kedua novel dari segi unsur instrinsiknya:
- Tema
Menggunakan dialog yang dipertegas oleh pengarang sendiri, kita dapat menangkap tema kekeluargaan pada penggalan tersebut, seperti: “Ya, Mama ingin melihat kau berbahagia untuk selama-lamanya. Tidak mengalami kesakitan seperti aku dulu. Tak mengalami kesunyian seperti sekarang ini: tak punya teman, tak punya kawan, apalagi sahabat. Mengapa tiba-tiba datang membawa kebahagianan?” (BM: 109)
Penggalan di atas adalah dialog dari Nyai Ontosoroh kepada anaknya Annelies, ketika sedang berada di kamar. Dari kutipan di atas jelas sekali bahwa Nyai Ontosoroh menginginkan yang terbaik untuk anaknya, sebagaimana mesitnya orangtua berlaku untuk selalu mewujudkan kebahagiaan sang anak.
Pada novel Bukan Pasar Malam juga bertemakan kekeluargaan, hal itu membuktikan ketika saat ayah menghadapi ajalnya dan pada saat itu tokoh aku,istirnya dan adik-adiknya mendampingi ayahnya dan membimbing ayahnya mengucapkan lafaz Allah saat sang ayah menghadapi sakaratul maut. Hal itu terlihat tanda bakti seorang anak kepada ayahnya.
Tema keluarga yang berkontribusi dalam roman karangan Pram ini memegang andil terbesar sebagai sumbangan ide cerita selain alur, tokoh dan latar. Novel ini menyuguhkan oleh kentalnya makna sebuah keluarga. Keluarga yang terpaksa lahir karena kealpaan orangtua atau kelalaian bertugas. Serta keluarga juga yang pada akhirnya menjadi pelabuhan terkahir kala badai menerjang sang kapal.
- Alur
Alur pada novel Bumi Manusia adalah alur kilas balik atau flashback. Teknik ini menempatkan peristiwa yang mana berisi peralihan dari keadaan satu kepada keadaan yang lain yang terjadi di masa lalu ditampilakn dalam suatu rangkaian perisitiwa. Di mana dalam rangkaian tersebut juga memuat alur maju dan mundur yang mana tergantung oleh kondisi si tokoh dalam cerita. Hal ini terdapat pada dialog berikut ini:
“Tigabelas tahun kemudian catatan pendek ini kubacai dan kupelajari kembali, kupadu dengan impian, khayal. Memang menjadi lain dari aslinya. Tak kepalang tanggung. Dan begini kemudian jadinya”.
Jadi alur dari kedua novel tersebut sebenarnya adalah sama-sama memiliki alur kilas balik atau flashback.
- Latar
Selain itu, terdapat pula latar yang melandasi suasana yang membawa unsur-unsur pendukung untuk menguatkan cerita. Yakni diantaranya waktu berlalunya kejadian, musim terjadinya, lingkungan agama, sosial, emosional, budaya serta latar fisikal.
Latar suasana pada novel bukan pasar malam adalah mengharukan. Dalam kalimatnya:
“Kemarin dan kemarin dulu bapak tersenyum saja banyak senyumnya. Tapi
tadi… tadi… dan tadi pagi ayah tak tersenyum lagi. Suaranya sudah menajdi
rendah dan hamper tak kedengaran”. (Pram,1951:25).
Kutipan ini menggambarkan perubahan keadaan bapak menjadi tidak bertenaga
lagi sehingga membuat adik-adiknya merasakan perubahan dan membuatnya sedih.
Suasana tegang dan bingung yang dirasakan tokoh “aku” setelah mendapat surat dari
pamannya bahwa ayahnya jath sakit dan kenyataan bahwa ia tidak mempunyai uang
untuk pulang ke Blora.
Sedangkan pada novel bumi manusia latar suasana nya adalah menegangkan seperti pada kutipan- kutipan berikut ini:
“Petir pun takkan begitu mengagetkan. Kegelisahan merambat-rambat ke seluruh tubuh, sampai pada kaki, dan kaki pun jadi salah tingkah. (BM: 69)
“Aku akui: badanku gemetar, walau hanya sedikit. Dalam keadaan seperti ini aku hanya dapat menunggu kata-kata Nyai. Tak ada orang lain bisa diharapkan. Celakalah aku kalau dia diam saja. Dan memang dia diam saja”. (BM: 64)
“Darahku naik ke kepala mendengar itu. Bibirku menggeletar kering. Gigiku mengkertak. Aku melangkah perlahan mendekatinya dan sudah siap hendak mencakar mukanya. Dia telah hinakan semua yang telah aku selamatkan, pelihara dan usdahakan, dan aku sayangi selama ini”. (BM: 145)
“Pagihari itu langit tak bermendung. Minggu cerah. Hatiku sendiri yang tidak ikut cerah. Mega-mendung yang melintasi antariksa dalam dada, memberitahukan akan datangnya badai”. (BM: 393)
“Aku lari menjemput di tangga rumah. Mama turun lebih dulu. mukanya merahpadam. Ia mengulurkan tangan pada Annelies yang masih di dalam. Dan keluarlah istriku, pucatpasi bermandi airmata, membisu. Begitu turun ia terus menubruk dan merangkul aku”. (BM: 482)
Jadi kesimpulannya tema dari kedua novel tersebut adalah kekeluargaan, kedua novel tersebut mengandung unsur kekeluargaan yang sangat kental dan unsur-unsur sosial lainnya. Alur dari kedua novel tersebut adalah kilas balik atau flashback namun novel bukan pasar malam juga ada alur maju nya. Latar tempat kedua novel tersebut sama-sama dipulau Jawa, novel bukan pasar malam di daerah Blora dan Semarang, jika novel bumi manusia di daerah Surabaya dan Wonokromo. Latar suasana novel bukan pasar malam adalah mengharukan sedangkan latar suasana bumi manusia menegangkan.
Komentar
Posting Komentar