Perilaku self talk pada tokoh Santiago dalam Novel “The Old Man and The Sea” karya Ernest Hemingway dan tokoh Willem pada Novel “Dasamuka” karya Junaedi Setiyono

Perilaku self talk pada tokoh Santiago dalam Novel “The Old Man and The Sea” karya Ernest Hemingway dan tokoh Willem pada Novel “Dasamuka” karya Junaedi Setiyono

Oleh : Nur Alva Amadea
Sastra Indonesia, FBS UNJ.

PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan manifestasi dari kebudayaan manusia sehingga yang terlihat dalam sebuah gambaran kehidupan masyarakat. Baik yang berkaitan dengan pola struktur, fungsi, maupun aktivitas dan kondisi sosial budaya sebagai latar belakang kehidupan masyarakat pada saat karya sastra itu diciptakan (Fananie, 2002: 193).

Karya sastra merupakan karya imajinatif. Walaupun begitu karya sastra tidak diciptakan sepenuhnya dari imajinasi pengarang. Biasanya Pengarang menggambarkan apa yang dia tangkap dari kehidupan di sekitarnya (Budianta, 2002: 20). Karya sastra juga dapat dipandang sebagai “perekam” kehidupan sosial masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Hal ini dapat diartikan bahwa sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial karena sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu dan merekam peristiwa zaman itu (Luxemburg, 1989: 23). Maka dari itu, terkadang karya sastra dianggap sebagai dokumen sosial.

Ketika karya sastra dianggap sebagai sebuah dokumen sosial maka karya sastra dianggap sebagai jalan keempat menuju kebenaran. Melalui karya sastra sebuah fragmen kehidupan akan lebih mudah dipahami dari pada sebuah tulisan penelitian apapun, baik segi sosial, politik, dan sebagainya (Teeuw, 2003: 194).

Novel merupakan salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk  mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
Banyak sastrawan yang memberikan yang memberikan batasan atau deninisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Seperti menurut Jakob Sumardjo, novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat.

Keberagaman jenis Novel membuat banyak terjadi sebuah kesamaan dalam tema, alur, tokoh dan berbagai aspek lainnya. Salah satu hal ini terjadi dalam Novel “The Old Man and The Sea” karya Ernest Hemingway dan Novel “Dasamuka” karya Junaedi Setiyono. Dalam kedua novel tersebut kedua tokoh utama mengalami perilaku Self Talk. Menurut ilmu psikologi Self  Talk merupakan suatu kondisi di mana seseorang melakukan kegiatan berbicara dengan dirinya sendiri. Hal ini dapat terjadi lantaran individu yang bersangkutan tengah diliputi rasa sepi, depresi, ketidakpuasan, kebiasaan di masa lalu, ataupun adanya gangguan psikologis lainnya.

PEMBAHASAN
Novel “The Old Man and The Sea” karya Ernest Hemingway bercerita tentang perjuangan luar biasa seorang nelayan tua Kuba yang seorang diri berusaha menangkap ikan marlin raksasa di laut lepas setelah sebelumnya gagal menangkap seekor ikan pun selama 84 hari. Perjuangan pantang menyerah sang lelaki tua dalam mencapai tujuannya mengajarka kepada kita betapa kesabaran, ketabahan dan kegigihan dalam mengarunhi cobaha hidup tak akan berahkhir sia - sia. Kisah menyentuh ini juga diwarnai suka duka persahabatannya dengan seorang anak lelaki. Novel ini ditulis Hemingway saat tinggal di Kuba dan berhasil menyabet Hadiah Pulitzer 1953 untuk kategori fiksi serta Award of Merit Medal for Novel dari American Adademy of Letter, sekaligus mengatarkannya meraih Hadiah Nobek Sastra 1954.

Pada novel ini tokoh utama Santiago mengalami perilaku Self Talk dikarenakan ia hanya pergi melaut sendirian. Perjalanannya hanya ditemani dengan debur ombak laut dan serba-serbi peralatan melaut di dalam perahunya. Selama perjalanan, ia selalu berbicara sendiri dan berharap agar Manolin –anak lelaki didekat rumahnya– ikut serta dalam perjalanannya tersebut. Kisah perjalanan seorang lelaki tua untuk mendapatkan seekor ikan Marlin raksasa. Selama 87 hari berada di tengah laut, akhirnya seekor ikan Marlin hinggap di kail umpan sardennya. Namun kisahnya tidak sampai disitu, perjuangan membawa ikan Marlin ke rumahnyalah yang mengalami berbagai kendala. Dan selama perjalanannya sejak awal melaut sampai ia menuju ke rumah itulah Santiago mengalami perilaku self talk. Perilaku self talk ini dapat dilihat di bawah ini:
Aku berharap anak lelaki itu ada di sini.” (hlm. 53)
“Andai saja aku bersama anak lelaki itu.” (hlm. 50)
“Aku berharap aku bersama anak lelaki itu.” (hlm. 55)
“Aku berharap anak lelaki itu ada di sini dan aku punya garam.” (hlm. 60)
“Jika anak lelaki itu di sini, dia akan menggosok tangan itu untukku dan mengendurkannya ke bawah dari lengan bawah.” (hlm. 66)
“Jika anak lelaki itu ada di sini dia akan membasahi gulungan tali. Ya. Jika anak lelaki itu di sini.” (hlm. 88)
Dapat dilihat bahwa dalam perilaku yang ditunjukan oleh tokoh Santiago, ia merasa kesepian dan berbicara pada dirinya sendiri.

Perilaku self talk lainnya terjadi pada tokoh utama Willem pada Novel Dasamuka yang ditulis oleh Junaedi Setiyono. Novel ini merupakan pemenang dari sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2012. Novel ini kemudian diterbitkan oleh penerbit Ombak pada tahun 2014. Novel ini memadukan elemen-elemen tradisional dan cerita rakyat dengan tema modern dan penokohan yang digambarkan secara apik, sehingga terjadi jalinan yang serasi antara tradisi dan modernitas pada tataran bentuk maupun tematik. Novel ini menceritakan seorang berkebangsaan skotlandia bernama Willem yang ditugaskan untuk meneliti artinya bronjong di Pulau Jawa yang pada tahun 1811 direbut oleh kerajaan Inggris dari kekuasan Belanda. Dalam penelitian itu, langkah awalnya dibantu oleh orang Jawa bernama Den Wahyana. Ia dapat berbahasa Inggris, Belanda, dan tentu fasih berbahasa Jawa. Perkenalan dengan Den Wahyanalah yang membuat petualangan Willem menjadi sangat kaya sekaligus menegangkan. Ia menjadi tahu bahwa Raden Rangga adalah orang yang memimpin pemberontakan  di Surakarta.

Pada dasarnya tokoh Willem pergi melakukan penelitian ini didasari rasa kecewa akan perilaku ayahnya yang akan menikah kekasihnya. Hal ini menyebabkan Willem depresi dan mengambil keputusan secara mendadak untuk pergi dalam penelitian ini. Dalam novel “Dasamuka”  tokoh utama Willem melakukan perilaku self talk  dikarenakan depresi karena ayah kandungnya yang menikah dengan kekasihnya sendiri. Perilaku self talk tersebut dapat dilihat dibawah ini :
“Aku jadi ingin tau seperti apa kota itu?” (hlm. 2)
“Aku sungguh tidak tahu apakah keputusanku untuk ikut perjalanan ilmiah Lyeden itu keputusan yang tepat “ (hlm 6)
“katak-kataku itulah yang tampaknya membuat pamanku berpikir memanjang dan melebar” (hlm. 9)
“Bisa berbahasa Jawa secepatnya bukanlah tujuan utama. Mencoba melupakan Ailsa dan menghindari Daisy jauh lebih utama” (hlm 15)
Dalam penggalan kalimat di atas dapat dilihat bahwa tokoh Willem memiliki perilaku self talk disebabkan oleh rasa kecewa dan depresi dalam dirinya sehingga muncul sebuah keraguan dalam dirinya.

KESIMPULAN
Dalam kedua novel tersebut perilaku self talk umunya terjadi karena masalah psikologis. Tokoh Santiago misalnya karena ia merasa kesepian akhirnya terjadi perilaku self talk. Sedangkan pada tokoh Willem terjadi karena ia memiliki rasa kecewa yang melatar belakangi keputusannya untuk melakukan penelitian. Sehingga perilaku self talk ini terjadi karena keraguannya.

DAFTAR PUSTKA
Bertens, K. 2001. Filsafat Barat Kontemporer Prancis. Jakarta: Gramedia,
Best, Steven. dan Kellner, Douglas. 2003. Teori Postmodern: Interogasi Kritis, terj. Indah Rohmani. Malang: Boyan Publishing,
Hemingway, Ernest. 2016. The Old Man and The Sea. Yogyakarta: Narasi
Setiyono, Junaedi. 2017. Dasamuka. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMIOTIKA MAKNA PADA LIRIK LAGU MANUSIA KUAT – TULUS

DESKRIPSI WARNA PADA IKON LAYANAN ON-DEMAND GO-RIDE, GO-CAR, GO-FOOD PADA APLIKASI GO-JEK

Ikon, Indeks, dan Simbol Dalam Lambang Centang: Kajian Semiotika