RELEVANSI NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL SADAAWI DENGAN FENOMENA EKSPLOITASI PEREMPUAN PADA SALES PROMOTION GIRLS
Oleh :
Kiki Andriani (2125152413)
Kiki Andriani (2125152413)
Karya
sastra sebagai bentuk dari hasil pekerjaan seni kreatif, pada hakikatnya adalah
suatu media untuk mengungkapkan kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebuah
karya sastra pada umumnya berisi permasalahan yang melingkupi kehidupan
manusia. Permasalahan itu bisa berupa permasalahan antar manusia dapat juga
permasalahan dengan dirinya sendiri. Keterkaitan antara sastra dan kehidupan
manusia yang demikian erat memberikan petunjuk bahwa karya sastra diciptakan
bukan tanpa tujuan, artinya karya sastra bukan merupakan sesuatu yang kosong
tanpa makna. Oleh karena itu penulis tertarik
menganngkat tema “ Relevansi Novel
Perempuan di Titik Nol Karya Nawal El-Saadawi dengan Fenomena eksploitasi tubuh
perempuan pada SPG”
Sinopsis Novel
Perempuan di Titik Nol Karya Nawal El Saadawi
Novel Perempuan Di titik Nol menceritakan tentang kehidupan
Firdaus—seorang perempuan Mesir yang kuat. Kuat dalam artian berani mengatasi
rasa takut yang selalu membelenggu kehidupannya.Berawal dari kisah
keluarganya yang hidup sederhana bahkan terkadang kekurangan dalam hal materi.
Keadaan seperti itulah yang kemudian memaksa mereka berfikir menurut tuntutan
kehidupan.
Ayahnya tidak segan berbuat kasar terhadapnya. Oleh karena itu,
ia lebih cenderung dekat dengan pamannya. Akan tetapi, keadaan seperti semakin
menjadikan semuanya serba mengherankan. Pamannya yang seorang pelajar di
El-Azhar Kairo terkadang berbuat semena-mena terhadapnya (Menjamahi tubuh mulus
Firdaus).
Selang berjalannya waktu, Firdaus ikut bersama pamannya. Ia diasuh dan dijamin masa depannya oleh pamannya di Kairo. Hal itu berlangsung sampai ia lulus sekolah menengah. Setelah itu, ia dijodohkan dengan seorang Syeikh (Mahmoud) kenalan pamannya. Ia menjadi istri seorang Syeikh tua berumur enampuluhan tahun. Ia mulai merasa tidak betah tinggal bersama suaminya yang juga bersikap keras terhadapnya. Ia lalu kabur tak tentu arah.
Setelah itu ia bertemu dengan Bayoumi. Bayoumi terlihat sangat ramah padanya.
Selang berjalannya waktu, Firdaus ikut bersama pamannya. Ia diasuh dan dijamin masa depannya oleh pamannya di Kairo. Hal itu berlangsung sampai ia lulus sekolah menengah. Setelah itu, ia dijodohkan dengan seorang Syeikh (Mahmoud) kenalan pamannya. Ia menjadi istri seorang Syeikh tua berumur enampuluhan tahun. Ia mulai merasa tidak betah tinggal bersama suaminya yang juga bersikap keras terhadapnya. Ia lalu kabur tak tentu arah.
Setelah itu ia bertemu dengan Bayoumi. Bayoumi terlihat sangat ramah padanya.
Terlebih ketika ia (Firdaus) diajak untuk ikut bersamanya sampai
ia memperoleh pekerjaan. Akan tetapi, nasib malang kembali menimpanya setelah
ia tahu bahwa Bayoumi tidak lebih dari bajingan yang menginginkan tubuhnya.
Bahkan, Bayoumi menjual tubuh Firdaus kepada temannya. Kemudian ia pergi dari
jeratan Bayoumi dan teman-temannya.
Di setiap kepergiannya, ia selalu memilih ke sebuah jalan raya yang ia anggap sebagai tempat teraman. Dan di tempat itulah ia kemudian bertemu dengan Sharifa (pelacur yang berpengalaman). Dari situlah kehidupan Firdaus mulai terasa nyaman meskipun pada akhirnya ia menjadi seorang pelacur dibawah naungan Sharifah. Ia mulai benar-benar mengenal siapa itu laki-laki dan bagaimana gerak geriknya. Sehingga reputasinya menjadi seorang pelcur semakin meningkat
Di setiap kepergiannya, ia selalu memilih ke sebuah jalan raya yang ia anggap sebagai tempat teraman. Dan di tempat itulah ia kemudian bertemu dengan Sharifa (pelacur yang berpengalaman). Dari situlah kehidupan Firdaus mulai terasa nyaman meskipun pada akhirnya ia menjadi seorang pelacur dibawah naungan Sharifah. Ia mulai benar-benar mengenal siapa itu laki-laki dan bagaimana gerak geriknya. Sehingga reputasinya menjadi seorang pelcur semakin meningkat
Waktu terus
berputar, Firdaus pun sudah tidak lagi melacurkan tubuhnya. Ia mulai bekerja
sebagai karyawan di sebuah perkantoran. Kehidupannya mulai stabil. Di tempat
itu, ia mulai menemukan seseorang yang ia cintai, Ibrahim namanya. Awalnya,
cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Namun, terdengar kabar bahwa Ibrahim
sudah bertunangan dengan putrid direktur dan menghilang entah kemana.
Empat tahun kemudian ia bertemu dengan Ibrahim yang sudah
menjadi istri orang lain. akan tetapi, Ibrahim ternyata tidak jauh berbeda
dengan laki-laki yang pernah ia kenal. Ia kini menganggap bahwa Firdaus adalah
seorang pelacur. Setelah itu, Firdaus kembali menjadi seorang
pelacur. Karirnya sebagai pelacur kembali meningkat. Pada saat itu ia hanya menerima
berkencan dengan orang-orang tertentu saja.
Datangnya Marzouk (seorang germo)
mengusik ketenangan hidupnya. Posisi Marzouk disini samahalnya dengan Sharifah,
menjual tubuh Firdaus untuk kepentingannya sendiri. Hingga pada suatu hari
Firdus bersitegang dengan Marzouk dan membunuhnya dengan kejam.
Setelah kejadian itu, ia bertemu dengan seorang Pangeran Arab yang juga hanya menginginkan tubuhnya. Setelah memuaskan nafsu si pangeran, Firduas mencelakainya. Firdaus kemudian di penjara. Ia mendapat ancaman hukuman mati. Meskipun demikian, ia sama sekali tidak meresa takut atupun menyesal. Justru ia bangga pada dirinya, karena sudah menaklukan keberanian terbesar dalam hidupnya, yaitu melawan ketakutannya sendiri.
Setelah kejadian itu, ia bertemu dengan seorang Pangeran Arab yang juga hanya menginginkan tubuhnya. Setelah memuaskan nafsu si pangeran, Firduas mencelakainya. Firdaus kemudian di penjara. Ia mendapat ancaman hukuman mati. Meskipun demikian, ia sama sekali tidak meresa takut atupun menyesal. Justru ia bangga pada dirinya, karena sudah menaklukan keberanian terbesar dalam hidupnya, yaitu melawan ketakutannya sendiri.
Fenomena Sales Promotion Girls di Masyarakat
Sales
bukan menjadi hal yang baru lagi dalam masyarakat modern. Pekerjaan ini seperti
sudah menjadi hal yang “biasa” dan “umum” yang ada disekitar kita. Sales
bertugas melayani konsumen, kepuasan konsumen menjadi hal ynag utama hingga
konsumen dapat merasakan bahwa “pembeli adalah raja”. Jasa sales menjadi salah
satu cara pemasaran produk yang digunakan perusahaan dalam memasarkan produk
kepada konsumen, salah satunya melalui jasa SPG. Jasa SPG banyak digunakan untuk
berbagai even, seperti pameran, konser, promosi dan penjualan (selling)
langsung kepada konsumen. Persaingan pasar dan banyaknya even yang ada di Kota
Surakarta membuat permintaan sebagai SPG semakin meningkat. SPG memiliki
beberapa ketentuan tertentu yang sesuai dengan mahasiswa. Ketentuan tersebut
seperti: usia 18 hingga 24 tahun, standar tinggi tertentu, berat badan ideal
dan berpenampilan menarik. Beberapa ketentuan tersebut peneliti temukan dalam
lowongan-lowongan pekerjaan SPG pada umumnya. Lowongan pekerjaan tersebut dapat
ditemukan dengan mudah melalui lowongan-lowongan pekerjaan, melalui internet
ataupun tawaran dari rekan-rekan yang ada disekitarnya, upah yang ditawarkan
juga beraneka ragam, mulai dari 50.000 hingga 500.000 ribu rupiah setiap evennya
Penyebab
terjadinya eksploitasi tubuh SPG dikarenakan seragam kerja yang seksi,
peraturan dari perusahaan dan target penjualan yang besar. Pada umumnya pakaian atau seragam
ditentukan oleh perusahaan dan sesuai dengan kriteria kebutuhan produk tema
yang sedang diselenggarakan. Pekerja wajib menggunakan seragam yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Jika pekerja menolak menggunakan seragam tersebut
akan ada sanksi yang diberikan oleh perusahaan. Seragam kerja SPG yang seksi mampu menarik perhatian calon
customer laki-laki. Tidak sedikit para pekerja merasa risih ketika menggunakan
seragam yang mini dan terbuka.
Disiniliah tubuh perempuan dieksploitasi sebagai obyek tanda dan bukannya
sebagai subyek.
Beberapa
perusahaan memberikan peraturan kerja kepada pekerja yang harus ditepati.
Peraturan tersebut diberikan untuk mengetahui larangan selama bekerja.
Peraturan tersebut diantaranya, SPG dilarang me pada jam kerja, dilarang
menggunakan handphone pada jam kerja¸ dilarang menjalin kontrak dengan produk
kompetitor selama kontraknya dengan perusahaanya belum selesai, dilarang
bertengkar dengan customer dan lain sebagainya. Pelanggaran dari peraturan yang
telah ditetapkan perusahaan tersebut akan ada sanksi yang diberikan. Sanksi
tersebut mulai dari pemotongan gaji, jam kerja ditambah, target penjualan lebih
besar hingga pemberhentian kerja.
Melalui
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa SPG mengalami eksploitasi akbiat
tuntutan kerja yang ditujukan mereka, yaitu berupa kewajiban penampilan menarik
dan sistem kerja target penjualan sebagai nilai lebih yang tidak dibayar; serta
eksploitasi dalam bentuk materi dimana upah yang didapat tidak selalu diterima
tepat waktu, pemotongan upah dan penggelapan oleh oknum tertentu
Relevansi Novel Perempuan
di Titik Nol dengan Fenomena Eksplotasi Tubuh Perempuan pada SPG
Dalam kasus in, penulis menggunakan teori Michael Foucault
yatu teori kekuasaan serta juga teori disiplin dan hukuman. Menurut Foucault,
kekuasaan bukanlah sesuatu yang hanya dikuasai oleh negara, sesuatu yang
dapat diukur. Kekuasaan bagi dia ada di mana-mana, karena kekuasaan merupakan
satu dimensi dari relasi. Artinya, di mana ada relasi, di sana ada kekuasaan.
Dominasi kekuasaan juga dapat dilihat dalam analisis atas tema seksualitas.
Foucault melihat seksualitas sebagai pengalihan pemahaman
tentang kekuasaan. Bagaimana seksualitas diwacanakan adalah ungkapan dari
kekuasaan. Pembicaraan yang terbuka tentang seks menurut Foucault, adalah demi
mengatur dan mencatat jumlah kelahiran. Masalah penduduk adalah masalah sosial,
dan masalah ini berhubungan dengan seksualitas. Karena itu, kekuasaan berusaha
mempelajari dan mengintervensi pembicaraan tentang seks demi pengaturan
pertumbuhan penduduk. Seksualitas menjadi masalah publik.
Foucault berpendapat bahwa Pelaksanaan disiplin amat berhubungan dengan kuasa
yang mengontrol. Foucault menguraikan bahwa fenomena disiplin tubuh selalu
dikontrol oleh dua instrumen disiplin yang diterapkan dari disiplin
militer dalam masyarakat. Pertama, melalui observasi hirarkis atau kemampuan aparatus
untuk mengawasi semua yang berada di bawahnya dengan satu kriteria tunggal. Panopticon yang
terungkap dalam menara sebagai pusat penjara adalah bentuk fisik dari instrumen
ini. Dengan adanya panopticon ini kekuasaan sipir menjadi sangat besar sebab para
tawanan berusaha menahan diri mereka sendiri. Mereka takut dipantau. Kehadiran
struktur itu sendiri sudah merupakan satu mekanisme kekuasaan dan disiplin yang
luar biasa.
Bentuk
eksploitasi yang dialami oleh SPG diantaranya secara fisik dan nonfisik.
Pekerja menawarksan produk kepada customer yang mayoritas adalah laki-laki
sehingga tak jarang bila mereka mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan.
Lokasi penjualan juga mempengaruhi
tindakan pelecehan seksual yang dialami pekerja. Outdoor adalah tempat yang
sering terjadi tindakan pelecehan seksual. Berbagai kategori eksploitasi tubuh
pada SPG diantaranya Pertama, pola eksploitasi berupa fisik yang dialami
pekerja seperti perlakuan customer memegang pantat, memegang paha, dan lain
sebagainya. Ada pula customer yang memanfaatkan situasi saat pekerja sedang
memberikan kembalian uang dengan memegang tangan pekerja dalam waktu yang lama.
Pertama,
bertengkar secara emosional. Customer yang bertindak tidak sopan seperti
memegang tubuh pekerja dibiarkan saja dan hanya ditegur dengan menggunakan
kata-kata yang sopan tanpa ada kekerasan. Peraturan-peraturan seperti ini
menyudutkan SPG ketika menerima
pelecehan seksual sehingga kedudukannya semakin lemah. Customer yang sudah
terbiasa melakukan tindakan pelecehan seksual kepada pekerja akan terus
melakukan tindakan tersebut karena tidak ada sanksi yang diberikan. Sanksi
ringan tersebut hanya sebatas teguran dari pekerja. Hal ini sangat jelas
merugikan SPG yang mengalami eksploitasi tubuh. Pekerja sangat tidak nyaman dan
tidak suka ketika anggota tubuhnya dipegang oleh customer. Sehingga perempuan
tersudutkan sebagai objek seks dan menjadi objek pasar dari produk kapitalisme.
Kedua, pola eksploitasi berupa lisan sering
dialami SPG . Salah satunya bentuk pelayanan yang dituntut untuk bersikap ramah
pada semua customer saat menawarkan produknya. Pada proses interaksi inilah
sering kali menimbulkan pelecehan seksual pada SPG . Hal tersebut dipicu karena
customer yang mayoritas didominasi oleh laki-laki. Tidak jarang customer secara
terang-terangan mengungkapkan pernyataan lisan mengenai pelecehan seksual. Tak
jarang pula bila para pekerja pergi ke hotel oleh customer. Hal ini menunjukan
bahwa pekerjaan SPG dipandang negatif oleh masyarakat. Seolah customer
menyamakan pekerjaan SPG sama halnya
dengan pekerja seks. Seperti ada label negatif yang melekat di dalam tubuh
pekerja.
Ketiga,
pola eksploitasi tatapan mata dari customer kepada SPG yang berjalan menelusuri keramaian. Seragam yang seksi menarik perhatian banyak orang.
Sehingga tidak sedikit customer yang melihat SPG dengan mata yang jelalatan. Para pekerja
memilih untuk menggunakan celana pendek atau stocking selama bekerja untuk
terhindar dari hal-hal yang tidak menyenangkan dari customer. Dengan
menggunakan celana pendek dan stocking akan menggurangi tindakan pelecehan
seksual. Stocking yang berwarna gelap memberikan efek buram secara penglihatan.
Selain itu customer tidak bisa menyentuh permukaan kulit pekerja secara
langsung karena terhalang oleh stocking.
Lantas apa keterkaitannya
dengan Novel Perempuan di Titik Nol?
Novel Perempuan
Di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi terdiri atas kekerasan terhadap
perempuan dan eksploitasi perempuan. Kekerasan terhadap perempuan dibagi
menjadi empat yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan
kekeresan dalam rumah tangga. Eksploitasi terhadap perempuan meliputi
eksploitasi tubuh perempuan dan eksploitasi ekonomi perempuan.
Eksploitasi tubuh perempuan dialami
Firdaus yang dilakukan oleh Bayoumi, Ibrahim, dan laki-laki yang bertemu dengan
Firdaus saat kabur dari tempat Sharifa. Eksploitasi ekonomi perempuan dialami
Firdaus yang dilakukan oleh istri paman Firdaus, Sharifa, dan Marzouk. Eksploitasi
ekonomi perempuan juga dilakukan ayah Firdaus
terhadap anak-anak perempuannya.
Selain itu, Novel
ini mencoba menggambarkan bahwa kekerasan gender yang dialami oleh Firdaus juga
ternyata ketika ia dijadikan alat untuk membayar hutang-hutang milik pamannya.
Firdaus menikah dengan Syekh Mahmoud bukan karena ia benar-benar mencintai
lelaki tua itu, tetapi karena dipaksa oleh pamannya. Dengan kata
lain, pamannya menjual Firdaus dan menikahkan Firdaus pada orang tua yang kaya.
Tidak hanya dijual oleh pamannya
kepada Syekh Mahmoud, ia juga dijual oleh seorang mucikari. Mucikari itu
menjual Firdaus pada laki-laki hidung belang, sedangkan uangnya ia nikmati
sendiri. Menjadi pelacur bukan keinginan dari Firdaus tapi keadaannya yang
memaksa ia berbuat demikian seperti yang dituliskan dalam kutipan berikut:
Saya bukan seorang pelacur. Tetapi sejak semula, Ayah, Paman, suami saya, mereka semua, mengajarkan untuk menjadi dewasa sebagai pelacur.” - Firdaus
“Saya tahu bahwa profesi saya telah diciptakan oleh lelaki, dan bahwa lelaki menguasai dua dunia kita, yang di bumi ini dan yang di alam baka. Bahwa lelaki memaksa perempuan menjual tubuh mereka dengan harga tertentu, dan bahwa tubuh paling murah dibayar adalah tubuh sang isteri. Semua perempuan adalah pelacur dalam satu atau lain bentuk. Karena saya seorang yang cerdas, saya lebih menyukai menjadi seorang pelacur yang bebas daripada menjadi seorang isteri yang diperbudak.” – Firdaus
Walaupun Firdaus dipaksa menjadi
pelacur, tetapi hati kecilnya tidak ingin memiliki matapencaharian hina
tersebut. Hal itu terbukti ketika Firdaus berontak saat mucikari itu datang
lagi untuk menjadikannya pelacur kembali. Karena sangat tidak mau, Firdaus
membunuh mucikari itu hingga ia dijebloskan ke dalam penjara dan dijatuhi
hukuman mati.
Kekerasan fisik dialami oleh Firdaus
yang dilakukan oleh ayah, ibu, Bayoumi, serta Marzouk. Kekerasan psikis dialami
oleh Firdaus yang dilakukan ayah dan ibunya, Bayoumi, dan Di’aa. Kekerasan
fisik juga dialami Firdaus saat mencoba kabur dari rumah pamannya. Kekerasan
seksual dialami Firdaus yang dilakukan oleh Muhammadin, paman Firdaus, Bayuomi,
serta seorang polisi. Kekerasan dalam rumah tangga dilakukan oleh ayah Firdaus
terhadap istrinya dan juga dilakukan oleh Syekh Mahmoud terhadap Firdaus.
Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
novel perempuan di Titik Nol dan juga Fenomena SPG sama-sama memiliki
keterkaitan yaitu dari sisi eksploitasi terhadap tubuh seorang perempuan yang
disebabkan oleh adanya kekuasaan dan sifat disiplin dari oknum-oknum yang
terlibat didalamnya.
Daftar Pustaka :
https://ledafc.wordpress.com/2011/04/17/konsep-kekuasan-michel-foucault/
https://media.neliti.com/media/publications/13638-ID-fenomena-sales-promotion-girl-spg-freelance-pada-mahasiswadi-kota-surakarta.pdf
Komentar
Posting Komentar