Dominasi tokoh perempuan dalam Sinetron "Dunia Terbalik" dan Novel Madam Bovary
DOMINASI TOKOH PEREMPUAN DALAM
SINETRON “DUNIA TERBALIK” DAN NOVEL MADAM BOVARY
Annisa
Fathiha
3 SIS
Program Studi
Sastra Indonesia
Secara umum perempuan
memiliki kodrat mengandung, melahirkan, dan menyusui. Kodrat perempuan semacam
itu sedah ada sejak dulu. Bahkan melekat secara alami pada perempuan. Kodrat alamiah tersebut dapat disebut dengan kodrat perempuan secara
biologis. Masayarakat dahalu kala, bahkan masyarakat purba belum banyak
mengerti mengenai tatanan sosial dan sebagainya. Maka hal alamiah semacam
kodrat perempuan tersebut lah yang mereka pahami. Seiring berjalannya waktu dan
perubahan zaman kodrat alamiah perempuan tersebut memiliki peran dalam tatanan
sosial. Dalam tatanan sosial kodrat perempuan yaitu mengandung, melahirkan, dan
menyusui di sebut dengan ibu. Ibu yang merupakan salah satu peran sosial dalam
tatanan keluarga, tatanan masyarakat, tatanan sosial.
Jika dijelaskan terdapat
kodrat perempuan maka terdapat juga kodrat laki-laki. Secara umum kodrat
laki-laki adalah menjadi pemimpin dan mencari nafkah untuk keluarga.dengan
kodrat laki-laki yang dapat dikatakan superior, laki-laki secara umum
mendominansi. Baik dalam tatanan masyarakat maupun keluarga. Masyarakat dahulu
kala menerima situasi dominasi laki-laki tersbeut bertahun-tahun. Perempuan
kedudukannya dibawah laki-laki. Secara tidak langsung hal tersebut membuat
laki-laki merasa berkuasa dan semena-mena. Saat-saat tersebut pendapat
perempuan tidak didengar. Hak perempuan diabaikan, seakan dunia kaum perempuan
dalam genggaman laki-laki. Baik dalam tatanan masyarakat maupun keluarga. Pada
abad ke 18 muncul sebuah gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak politik
kaum perempuan yaitu gerakan feminis. Gerakan ini semakin berkembang pesat
sepanjang abad ke- 20. Gerakan ini bersifat
pluralistik, yang menyatukan gerakan ini adalah keyakinan mereka bahwa
masyarakat dan tatanan hukum bersifat patriarki. Aturan hukum yang dikatakan
netral dan objektif sering kali hanya merupakan kedok terhadap pertimbangan
politis sosial yang dikemudikan oleh ideologi tersebut tidak untuk kepentingan
wanita. Patriarki dalam masyarakat dan ketentuan hukum merupakan penyebab
ketidakadilan, dominasi, dan subordinasi terhadap wanita, sehingga sebagai
konsekuensinya adalah tuntunan terhadap kesederajatan gender. Kesederajatan
gender tidak dapat tercapai dalam struktur intitusional ideologi yang saat ini
berlaku.
Laki – laki dan perempuan
secara fisik berbeda, namun keduanya memiliki posisi yang setara dan peran
tertentu di dalam masyarakat. Terdapat perbedaan antara gender dan jenis
kelamin. Jenis kelamin dipandang sebagai keadaan biologis yang membedakan
antara laki-laki dan perempuan. Sementara gender digunakan untuk mendefinisikan
peran seseorang di dalam masyarakat. Gender merupakan karakteristik psikologis,
sosial, budaya dan perilaku yang diasosiasikan dengan jenis kelamin tertentu.
Oleh karena itu gender merupakan interpretasi masyarakat dari suatu kelompok
budaya tertentu terkait peranan yang harus dilakukan seorang lakilaki atau
perempuan (Wienclaw, 2011, h. 78). Hal
inilah yang akhirnya memunculkan stereotype terhadap gender. Hal ini
memperlihatkan bahwa kemampuan seseorang, bukan gender atau jenis kelamin yang
seharusnya menjadi parameter bagi laki-laki atau perempuan. Namun tentu saja
hal ini masih sulit diterima bagi sebagian besar masyarakat, terutama yang
memiliki budaya patriarki (Wienclaw, 2011, h. 78). Boswell, 2003; Lorber, 2003 dalam Wienclaw,
2011, h. 78, mengatakan bahwa untuk memahami konsep gender dan maknanya, maka
individu juga harus memahami budaya dan interaksi sosial yang terdapat pada
sebuah kelompok masyarakat. Karena gender dapat diinterpretasikan secara
berbeda tergantung pada budaya dan lingkungan sosial kelompok masyarakat
tertentu. Dalam sebuah keluarga, terdapat pandangan tradisional terkait dengan
gender; dimana peran yang diberikan kepada suami dan istri berbeda. Suami harus
menghasilkan uang, sementara istri harus berperan menjaga dan mengurus
keluarga. Seiring dengan perkembangan zaman,
terjadi perubahan dalam pembagian peran
Pergeseran peran sosial
tersebut contohnya adalah peran ibu yang secara kodrat mengurus rumah tangga
bergeser menjadi pencari nafkah. Pergeseran peran tersebt benar-benar terjadi
pada realitas sosial. Pergeseran tersebut terjadi pada keluarga para TKW
(tenaga kerja wanita). Para tenaga kerja wanita tersebut bekerja ke luar negri
demi menghidupi kelurganya. Bekerja sebagai TKW di luar negeri menjadi solusi
bagi permasalahan ekonomi yang dihadapi
oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Sebagian besar individu yang
memutuskan untuk menjadi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri berasal dari
status sosial menengah bawah. Mereka memilih bekerja jauh dari keluarga karena
mengharapkan penghasilan yang layak dan dapat membantu keluarga keluar dari kemiskinan
(Syafitri, 2012).
Indonesia sendiri termasuk salah satu negara
yang paling banyak mengirimkan tenaga kerjanya ke luar negeri. Pada tahun 2015
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
mencatat bahwa jumlah TKI di luar negeri berkisar pada 6,5 juta jiwa dan
diperkirakan akan terus bertambah.
Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) mencatat bahwa sebesar 62% TKI
berjenis kelamin perempuan, dan sebagian besar bekerja pada sektor domestik
atau menjadi pekerja rumah tangga (Indonesia, 2017). Para perempuan ini yang
berperan sebagai pencari nafkah utama bagi keluarga mereka. Perjuangan kaum
perempuan yang bekerja ke luar negeri juga kadang tidak tidak diimbangi
dukungan suami dan keluarga mereka. Masih banyak suami yang enggan dan gengsi
untuk sekedar mengucapkan terima kasih kepada istri mereka; bahkan ada yang
menggunakan uang kiriman dari istri mereka untuk berbagai perilaku menyimpang
seperti mabuk, menjalin hubungan dengan wanita lain atau berjudi (Muzakki,
2017).
Kehidupan para TKW dan
keluarganya ini yang kemudian diangkat ke layar televisi melalui sinetron
terbaru produksi MNC Production yang berjudul “Dunia Terbalik”. Sinetron ini menggambarkan potret kehidupan sebagian
masyarakat Indonesia, dimana para
perempuan berperan menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja menjadi TKW
(Tenaga Kerja Wanita) ke luar negeri. Suami yang biasanya berperan untuk
menafkahi istri dan keluarga, dalam sinetron ini berbalik dan digantikan oleh
sang istri. Suami bertugas untuk mendidik anak serta mengurus urusan rumah
tangga. Selain memperlihatkan peran
suami dan istri yang berbeda dari sinetron pada umumnya, sinetron ini juga memberikan gambaran yang berbeda
mengenai stereotype yang melekat pada suami -suami TKW.
Ketika peran sosial yang
secara kodrat laki-laki mencari nafkah namun pada sinetron tersebut perempuan
yanng mencari nafkah maka superiorotas laki-laki dapat diambil alih oleh
perempuan. Superioritas dalam keluarga dan memegang andil ekonomi kelurga semua
diambil oleh perempuan. Akhirnya terlihat bagaimana perempuan dalam sinetron
Dunia Terbalik lebih mendominasi dalam tatanan keluarga. Dominasi pada perempuan tidak hanya terjadi
pada kehidupan modern seperti sekarang ini. Bahkan pada cerita klasik juga terjadi dominasi perempuan
. walaupun gerakan feminis baru terjadi pada abad ke-18 dan berkembang pesat
pada abad ke-20, namun perempuan mulai mendominasi baik dalam tatanan masyarakt
maupun keluarga.
Seperti pada
cerita-cerita klasik pengarang Prancis. Perempuan banyak dinarasikan oleh para
pengarang Prancis sejak masa karya sastra klasik sampai kontemporer. Abad ke-9
merupakan abad ketika para pengarang tertarik untuk menarasikan dan memosisikan
perempuan dalam karya-karya mereka. Abad ke-19
sendiri merupakan abad transisi saat tradisionalitas dan modernitas
mulai dipertentangkan akibat pengaruh revolusi industri dan gerakangerakan
sosial lain di Eropa. Abad ke-19 merupakan abad ketika gerakan-gerakan sosial
dan pemikiran ideologis muncul karena perubahan-perubahan besar dalam konteks
ekonomi, sosial dan politik di Eropa, termasuk di Prancis. Revolusi industri di
Barat yang terjadi antara tahun 1750 sampai 1850 membawa perubahan dalam
hubungan baik konjugal, familial maupun sosial antara perempuan dan lakilaki.
Menurut Robert B. Holtman (1979). Abad ini juga merupakan abad yang penuh
dengan kontradiksi setelah munculnya novel Madame Bovary karya Flaubert yang di
dalamnya isu moralitas dipertanyakan.
Novel Madam Bovary karya
Flaubert menjadi kisah yang kontroversi menceritakan ketidakberdayaan kaum
wanita Prancis. Flaubert membuka problem sosial perempuan Prancis pada saat itu
yang menggantungkan hidupnya pada laki-laki. Ketika sudah menjadi istri, para
perempuan Prancis saat itu harus menjalankan kodratnya sebagai ibu, yaitu
mengurus rumah tangga saja. Apabila perempuan memiliki impian maka hanya ada
dua pilihan, mengejar impiannya namun melepaskan ssegala yang ia miliki atau
mengubur impian itu dalam-dalam dan menerima saja apa yang sudah terjadi. Pada kisah Madam Bovary, tokoh Emma yaitu
tokoh utama merupakan perempuan yang mempunyai ambisi, berpengetahuan, dan
bergaya hidup tinggi. Tokoh Emma merupakan cerminan perempuan-perempuan
kebanyakan pada zaman sekarang yang
sudah direfleksikan pada abad ke-19.
Kembali pada kehidupan
TKW yang dipotret dalam sinetron Dunia terbalik
mempunyai beberapa kesamaan dengan novel Madam Bovary. Salah satu
kesamaan tersebut mengenai dominasi dalam tatanan keluarga. Dominasi tersebut dapat
dilihat pada relasi gender. Relasi gender
seringkali dimaknai sebagai sebuah relasi struktur dimana ada pihak yang
mendominasi dan yang didominasi. Persoalannya bahwa yang mendominasi dan
didominasi tersebut dianggap memiliki pattern yang sama, bahwa laki-laki adalah
yang men dominasi dan perempuan adalah yang didominasi (Moller Okin, 1989).
Pandangan ini secara historis dapat dipahami mengingat bahwa ada pola-pola
semacam itu dalam perjalanan relasi laki-laki dan perempuan, terutama dalam
konteks Eropa. Dikutip dari berbagai tulisan seperti bersepakat bahwa ada
sebuah rezim gender yang disebut dengan rezim patriarki yang mengkonstruksi
sistem tersebut. Shulamith Firestone menjelaskan bahwa sumber patriarki yang
membelenggu perempuan adalah akibat perbedaan fisik dan biologis antara laki-laki
dan perempuan. Perempuan de ngan tubuh biologisnya yang dapat hamil dan
melahirkan menempatkannya pada ruang yang tidak sama dengan laki-laki. Dominasi
atsa gender semacam itu yang akan berkebalikan pula apabila peran sosial juga
terbalik. Yaitu bagaimana nanti perempuan mendominasi atas laki-laki, khususnya
dalam tatanan keluarga seperti dalam sinetron Dunia Terbalik dan novel Madam
Bovary.
dominasi tersebut dapat
dilihat dari tokoh istri dalam sinetron Dunia Terbalik dan tokoh Emma dalam
Novel Madam Bovary. Tokoh istri memegang dominasi di keluarga sebagaimana peran
ayah dalam keluarga. Hal tersebut terjadi karena para istri tersebut yang
mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga. Contohnya adalah tokoh Ikoh
yang merupakan seorang TKW sukses dari Arab Saudi. Sebagaimana suami yang
bekerja, Ikoh setiap bulan mengirimkan uang gajinya kepada sang suami. Tanpa
uang kiriman dari Ikoh yang merupakan seorang TKW, suami dan anaknya tidak
dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Ketika Ikoh menjadi TKW sang suami di
rumah mengurus kebutuhan rumah tangga. Uang kiriman Ikoh tidak dapat
semata-mata dipakai oleh sang suami seenaknya. Uang tersebut dipakai hanya
untuk kebutuhan rumah tangga , dan segala pengeluaran tersebut harus dicatat.
Ikoh yang sukses sebagai TKW juga mempunya gaya hidup yang mewah unutk ukaran
pedesaan tempat mereka tinggal. Gaya Ikoh bahkan menjadi tolak ukur kesuksesan
seorang TKW. Banyak perempuan-perempuan di desa tersebut yang ingin menjadi TKW
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka namun juga ingin menjadi
kaya dan bergaya hidup seperti Ikoh. Selain tokoh Ikoh terdapat pula tokoh
Endah yang mendominasi keluarga. Endah juga merupakan seorang TKW. Karena Endah
yang mencari uang, Endah menjadi semena-mena terhadap sumainya. Mengatur segala
urusan rumah tangga bahkan pendapat suaminya tidak didengarkan.
Jika melihat tokoh Emma.
Emma Bovary awalnya merupakan putri sorang tuan tanah yang menikahi dokter
terhormat. Namun kehidupan rumah tangganya tidak seperti yang Emma bayangkan.
Suaminya Charles, merupakan laki-laki yang membosankan namun sangat menyayangi
Emma. Apa yang Emma inginkan tanpa sungkan ia kabulkan. Emma perempuan
ambisius, penuh imajinasi, bergairah, dan berpengetahuan tidak tahan dengan
kehidupan membosankan bersama Charles. Sering mendampingi Charles membuat Emma
mengenal kehidupan mewah dan mengenal banyak laki-laki. Dominasi yang dilakukan
oleh Emma terhadap Charles seperti walaupun Charles yang mencari nafkah namun
semua kendali ekonomi dipegang oleh Emma. Emma merubah kehidupan rumah
tangganya mengikuti kehidupan para borjuis yang mewah walaupun harus berhutang.
Emma bahkan berani berselingkuh tanpa diketahui oleh Charles. Charles bukan
seorang lelaki yang mendominasi. Charles merupakan laki-laki sederhana yang tidak
tertarik dengan kehidupan borjuis. Sebelum dengan Emma Charles dengan mantan
istrinya juga demikian. Hal tersebut semakin membuat Emma berani melakukan
hal-hal yang ia inginkan..
Dominasi-dominasi
tersbeut dari novel Madam Bovary yang menjadi salah satu awal gerakan feminis.
Menjadi awal gerakan penyetara perempuan dengan laki-laki sampai pada sinetron Dunia Terbalik, dimana
perempuan menggeser peran laki-laki sebagai pencari nafkah dan mendominasi
dalam keluarga. Walau begitu dominasi tersebut bukanlah tujuan awal dari
gerakan feminisme. Dominasi terhadap
laki-laki tersebut sudah melewati batas penyetaraan gender, baik hak, peran dan
sebagainya. Akhirnya dengan adanya dominasi tersebut timbulah konflik diantara
laki-laki dan perempuan dalam kedua kisah tersebut yaitu istri dan suami. Untuk
menghindari konflik masing-masing menjalankan porsi perannya serta saling
membantu dan mendukung satu sama lain.
Daftar Pustaka
Astagini, Nuria. 2017. “Hiperrealitas
Sosok Suami Tenaga Kerja Wanita (TKW)
Dalam Sinetron Dunia Terbalik Di RCTI”. Widyakala Volume 4 No.2.
Udasmoro,
Wening. 2015. “Paradoksalita Pemosisian Perempuan Dalam Novel Colomba Karya
Prosper Marimee”. Jurnalugm.ac.id. Volume 5 No. 1.
Komentar
Posting Komentar