Ikon, Indeks, dan Simbol Dalam Lambang Centang: Kajian Semiotika
Ikon, Indeks, dan Simbol Dalam
Lambang Centang: Kajian Semiotika
Ary
Frastio
2125153727
Semiotika
berasal dari kata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Semieon adalah
istilah yang digunakan oleh orang Greek untuk merujuk kepada sains yang
mengkaji sistem perlambangan atau sistem tanda dalam kehidupan
manusia. Daripada akar kata inilah terbentuknya istilah semiotik, iaitu
kajian sastera yang bersifat saintifik yang meneliti sistem perlambangan yang
berhubung dengan tanggapan dalam karya. Menurut Mana Sikana, pendekatan
semiotik melihat karya sastera sebagai satu sistem yang mempunyai hubungan
dengan teknik dan mekanisme penciptaan sebuah karya Ia juga memberi tumpuan
kepada penelitian dari sudut ekspresi dan komunikasi.
Semiotik
adalah sebuah disiplin ilmu sains umum yang mengkaji sistem perlambangan di
setiap bidang kehidupan. Ia bukan saja merangkum sistem bahasa, tetapi juga merangkum
lukisan, ukiran, fotografi mahupun pementasan drama atau wayang gambar.Ia wujud
sebagai teori membaca dan menilai karya dan merupakan satu displin yang bukan
sempit keupayaannya. Justeru itu ia boleh dimandatkan ke dalam pelbagai bidang
ilmu dan boleh dijadikan asas kajian sebuah kebudayaan. Oleh kerana sosiologi
dan linguistik merupakan bidang kajian yang mempunyai hubungan di antara satu
sama lain, semiotik yang mengkaji sistem tanda dalam bahasa juga berupaya
mengkaji wacana yang mencerminkan budaya dan pemikiran. Justeru, yang
menjadi perhatian semiotik adalah mengkaji dan mencari tanda-tanda dalam wacana
serta menerangkan maksud daripada tanda-tanda tersebut dan mencari hubungannya
dengan ciri-ciri tanda itu untuk mendapatkan makna signifikasinya
Tanda
adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman,
pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain. Jadi, yang dapat menjadi tanda
sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi
kehidupan ini – walau harus diakui bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling
lengkap dan sempurna. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan,
gerakan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah,
pakaian, karya seni: sastra, lukis, patung, film, tari, musik dan lain-lain
yang berada di sekitar kehidupan kita. Dengan demikian, teori semiotik bersifat
multidisiplin – sebagaimana diharapkan oleh Pierce agar teorinya bersifat umum
dan dapat diterapkan pada segala macam tanda.
Semiologi
menurut Saussure seperti dikutip Hidayat, didasarkan pada anggapan bahwa selama
perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai
tanda, harus ada di belakangnya sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan
makna itu. Di mana ada tanda di sana ada sistem.
Sedangkan
Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika (semiotics). Bagi Peirce yang ahli
filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda.
Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika
sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah semiotika lebih populer daripada
semiologi.
Semiotika
adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsinya tanda, dan
produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang
lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat
teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda.
Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam
sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil,
sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan,
sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu
kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rambut
uban, sikap diam membisu, gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan,
menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan,
kekhawatiran, kelengahan, semuanya itu dianggap sebagai tanda.
Menurut
Saussure, seperti dikutip Pradopo tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang
tidak dapat dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Di mana ada tanda di
sana ada sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai
dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier, bidang
penanda atau bentuk dan aspek lainnya yang disebut signified, bidang petanda
atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama. Jadi
petanda merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama.
Lebih lanjut dikatakannya
bahwa penanda terletak pada tingkatan ungkapan (level of expression) dan
mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar,
warna, obyek dan sebagainya.
Petanda terletak pada
level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui
tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur melahirkan makna. Tanda akan
selalu mengacu pada (mewakili) sesuatu hal (benda) yang lain yang disebut
referent. Lampu merah mengacu pada jalan berhenti. Wajah cerah mengacu pada
kebahagiaan. Air mata mengacu pada kesedihan. Apabila
hubungan antara tanda dan yang diacu terjadi, maka dalam benak orang yang
melihat atau mendengar akan timbul pengertian..
Menurut Pierce,
tanda (representamen) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam
batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Pierce
disebut objek (denotatum). Mengacu berarti mewakili
atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam
benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman
makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya, tanda baru dapat
berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat
ground, yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan
ketiga unsur yang dikemukakan Pierce terkenal dengan nama segitiga semiotik.
Selanjutnya dikatakan, tanda dalam hubungan dengan acuannya dibedakan menjadi
tanda yang dikenal dengan ikon, indeks, dan simbol.
Ikon
adalah tanda yang antara tanda dengan acuannya ada hubungan kemiripan dan biasa
disebut metafora. Contoh ikon adalah potret. Bila ada hubungan kedekatan
eksistensi, tanda demikian disebut indeks. Tanda seperti ini disebut metonimi.
Contoh indeks adalah tanda panah petunjuk arah bahwa di sekitar tempat itu ada
bangunan tertentu. Langit berawan tanda hari akan hujan. Simbol adalah tanda
yang diakui keberadaannya berdasarkan hukum konvensi. Contoh simbol adalah bahasa
tulisan.
Ikon,
indeks, simbol merupakan perangkat hubungan antara dasar (bentuk), objek
(referent) dan konsep (interpretan atau reference). Bentuk biasanya menimbulkan
persepsi dan setelah dihubungkan dengan objek akan menimbulkan interpretan.
Proses ini merupakan proses kognitif dan terjadi dalam memahami pesan iklan.
Merujuk teorinya Pierce, maka tanda-tanda
dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Di
antaranya: ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek
yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama
dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, foto Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai
Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah ikon dari Pak Sultan. Peta
Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta
tersebut. Cap jempol
Pak Sultan adalah ikon dari ibu jari Pak Sultan.
Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan
sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai
bukti. Contohnya: asap dan api, asap menunjukkan adanya api. Jejak telapak kaki di tanah merupakan tanda
indeks orang yang melewati tempat itu. Tanda tangan (signature) adalah indeks
dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan itu.
Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi,
peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami
jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Contohnya:
Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung yang memiliki perlambang
yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki latar budaya berbeda, seperti
orang Eskimo, misalnya, Garuda Pancasila hanya dipandang sebagai burung elang
biasa. (Dikutip dari blog Zulkarnain
Yani, Pengantar Teori Semiotik, pada 11 Mei 2018)
Karena penjelasan
di atas lah saya ingin mencari tau apakah ada satu lambang yang terdapat 3
tanda di atas yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ada banyak tanda disekitaran kita
tapi saya tertarik pada satu lambang yaitu lambang centang. Banyak yang tidak
menghiraukan lambang tersebut, lambang biasa saja ini atau bisa dibilang sederhana
hanya sebuah lambang centang yang berbentuk seperti huruf ”v”. Lambang centang
ini banyak ditemukan di banyak tempat seperti di baju, sepatu, kertas, dan lain-lain. Ikon yang
terdapat disini yaitu lambang centang itu sendiri, suatu lambang sederhana yang
berbentuk seperti huruf ”v”, lalu indeksnya adalah, biasanya lambang centang
ini memperjelas atau menunjukkan bahwa suatu tulisan yang sudah diperiksa oleh
Guru, ada soal atau PR dikerjakan oleh murid, lalu dilihat oleh Guru dan
dicentang, menandakan bahwa guru itu sudah memeriksanya, dam terakhir adalah
simbol, centang ini adalah lambang yang disimbolkan sebagai salah satu brand merk
terkenal yaitu Nike, Sekian.
Komentar
Posting Komentar