PENANDA DAN PERTANDA DALAM IKLAN PEMBUAT ROTI SUIPANDA TOSHIBA: KAJIAN SEMIOTIKA
Ichsan Dames Nugraha
2125152831



Media khususnya televisi memiliki peran yang penting dalam membentuk pola berpikir manusia, salah satunya melalui iklan yang disiarkan. Melalui iklan, produsen mencoba untuk menyampaikan pesan-pesan tentang keunggulan produknya kepada konsumen. Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui berbagai macam tanda baik yang berupa bahasa maupun gambar.
Tanda adalah suatu bentuk fisik yang dapat dirasakan oleh panca indra kita yang merepersentasikan atau menunjukan sesuatu kepada seseorang dalam suatu konteks tertentu. Setiap tanda juga memiliki karakteristik yang menimbulkan efek tertentu pada pengamatnya, reaksi yang muncul ketika melihat tanda dipengaruhi dan ditentukan oleh cara seseorang memaknai tanda tersebut dengan latar belakang pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki. Tanda-tanda yang ada didalam iklan tersebut mengandung pesan atau makna tersembunyi yang dapat dianalisis menggunakan metode semiotika.
Pierce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol) (Sobur, 2003:41-42).
a.       Ikon
Dalam wawasan Peirce, tanda (sign) terdiri atas ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol). Ikon adalah benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai dengan kemiripan. Misalnya, foto Megawati adalah ikon Megawati. Gambar Amien Rais adalah ikon Amien Rais (Sobur, 2003:157-158). Hubungan antara tanda dengan objek dapat direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan (Mulyana dalam Sobur, 2003:158). Peirce (dalam Sobur, 2003: 41) menjelaskan bahwa ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan 14 bentuk ilmiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya, potret dan peta. Sobur (2003:158) mengatakan bahwa pandangan Peirce tentang ikon pengertiannya relatif sama dengan istilah simbol dalam wawasan Saussure. Dalam wawasan Saussurean, simbol merupakan diagram yang mampu menampilkan gambaran suatu objek meskipun objek itu tidak dihadirkan. Contohnya adalah peta. Peta bisa meberikan gambaran hubungan objek-objek tertentu meskipun objek itu tidak dihadirkan. Hal ini berarti, ikon adalah benda dua atau tiga dimensi yang mirip dengan benda aslinya dan dengan apa yang direpresentasikannya.

b.      Indeks
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api (Sobur, 2003:42). Indeks adalah tanda yang hadir dengan cara saling terhubung akibat terdapatnya hubungan ciri acuan yang sifatnya tetap. Kata rokok, misalnya, memiliki indeks asap. Hubungan indeksikal antara rokok dengan asap terjadi karena terdapatnya hubungan ciri yang bersifat tetap antara ‘rokok’ dengan ‘asap’. Ciri tersebut antara yang satu dengan yang lain berbeda dan tidak dapat saling menggantikan. Ciri utama pada rokok, misalnya, berbeda dengan asap (Sobur, 2003:159). 15 Jika ditarik garis besarnya, indeks berarti hubungan antara tanda dan petanda yang bersifat hubungan sebab akibat, karena tanda dalam indeks tidak akan muncul jika petandanya tidak hadir.
c.       Simbol
Sobur (2003:42) mengatakan bahwa simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semena, atau hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian masyarakat). Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain di luar bentuk perwujudan bentuk simbolik itu sendiri. Simbol yang tertuliskan sebagai bunga, misalnya, mengacu dan membawa gambaran fakta yang disebut “bunga” sebagai sesuatu yang ada di luar bentuk simbolik itu sendiri (Sobur, 2003:156). Simbol adalah tanda yang mengacu kepada benda yang ditunjukkan berdasarkan hukum, biasanya dari pemikiran umum, yang menyebabkan simbol itu mengacu kepada suatu benda. Dengan demikian, 16 dalam konsep Peirce, simbol diartikan sebagai tanda yang mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan sifatnya konvensional. Berdasarkan konvensi itu pula masyarakat pemakainya menafsirkan ciri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan menafsirkan maknanya (Sobur, 2003:156). Liliweri (2001, dalam Sobur, 2003:160) mengatakan bahwa banyak orang yang mengartikan simbol sama dengan tanda. Sebetulnya, tanda berkaitan langsung dengan objek, sedangkan simbol memerlukan proses pemaknaan yang lebih intensif setelah menghubungkan dia dengan objek. Salib yang dipajang di depan gereja, umpamanya, hanya merupakan tanda bahwa rumah tersebut rumah ibadah orang Kristen. Namun, salib yang terbuat dari kayu merupakan simbol yang dihormati oleh semua orang Kristen, lambang pengorbanan jiwa dan raga Kristus demi umat manusia. Jadi, simbol adalah sebuah tanda yang membutuhkan proses pemaknaan yang lebih intensif setelah menghubungkannya dengan objek, dan simbol bersifat semena-mena atau atas persetujuan masyarakat sekitar.
Data yang dipilih sebagai objek penelitian adalah iklan pembuat roti SuiPanDa dari Toshiba. Iklan ini menjadi kontroversial karena memiliki penggambaran orang barat secara stereotipikal yaitu berkulit putih, berhidung besar dan rambut yang pirang. Selain itu, penggunaan aksen ‘kebarat-baratan’ yang dilakukan oleh artis Jepang dalam iklan tersebut juga terkesan menyinggung orang barat dan dianggap rasis oleh masyarakat. Kontroversi tersebut membuat iklan ini tidak disiarkan lagi baik di televisi maupun media sosial Jepang.
Di samping hal tersebut, dalam pembuatan iklan sering kali para produsen menggunakan tanda atau simbol tertentu dalam memaparkan produknya dan tanda-tanda tersebut mengandung pesan/makna tersembunyi selain pesan nyata mengenai produk yang ditawarkan. Alasan memilih iklan pembuat roti SuiPanDa dari Toshiba sebagai sumber data adalah karena iklan ini juga memunculkan tanda-tanda yang mengandung makna tersembunyi yang ingin disampaikan oleh pembuat iklan. Makna tanda dalam iklan tersebut dapat dianalisis melalui pendekatan semiotika oleh Ferdinand De Saussure. Sehingga, tujuan makalah ini adalah untuk menemukan makna dibalik tanda-tanda yang digunakan dalam iklan pembuat roti SuiPanDa dari Toshiba.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika oleh Ferdinand De Saussure yang melihat tanda sebagai pertemuan antara bentuk dan makna. Dalam teori ini semiotika dibagi menjadi dua bagian yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik yang dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedangkan pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur tersebut.
Dalam iklan produk pembuat roti SuiPanDa dari Toshiba ini ditampilkan dua perempuan yang sedang berbincang pada saat jam istirahat di ruangan kantor. Kedua perempuan ini ditunjukan memiliki ciri khas yang berbeda, dimana perempuan yang pertama berpenampilan seperti orang Jepang, sedangkan perempuan yang kedua berpenampilan seperti orang barat dengan menggunakan wig berwarna pirang sebagai ciri khas orang barat pada umumnya. Tujuan utama dari pembuatan iklan ini adalah untuk menarik konsumen agar mau membeli produk yang ditawarkan dengan memasukan unsur komedi dengan mengangkat tema yang terkesan rasis untuk menarik minat penonton atau juga konsumen.
Dalam menyampaikan pesan-pesan dalam iklan tersebut banyak digunakan tanda-tanda yang memiliki makna tersembunyi hingga pada akhirnya pesannya dapat tersampaikan kepada konsumen. Tanda-tanda yang dimunculkan dalam iklan pembuat roti SuiPanDa dari Toshiba akan dijelaskan sebagai berikut. 
Pada bagian awal iklan, ditampilkan seorang perempuan dengan penampilan seperti orang Jepang pada umumnya yang sedang ingin makan siang di dalam sebuah kantor. Pada bagian ini terdapat penanda (signifier) berupa nasi atau bento. Signified meaning dari tanda tersebut adalah menunjukan ciri khas dari negara Jepang. Dimana nasi merupakan makanan pokok bagi masyarakat Jepang.
Selain itu, ditampilkan dalam bentuk bento yaitu istilah bahasa Jepang untuk makanan bekal yang terdiri dari nasi dan lauk-pauk dalam kemasan praktis dan disajikan dengan menarik. Hal ini juga menunjukan bahwa sasaran dari produk pembuat roti ini adalah orang Jepang. Dimana mereka menginginkan alat yang dapat membuat roti secara praktis seperti bagaimana orang Jepang dapat dengan praktis membuat bento atau bekal nasi.
Pada adegan selanjutnya muncul seorang perempuan berkulit putih yang dianggap sebagai penggambaran orang barat secara stereotipikal. Sehingga penanda (signifier) dalam adegan ini adalah penampilan dari perempuan tersebut yaitu berkulit putih, berambut pirang, serta hidung yang besar dan mancung. Signified meaning dari tanda tersebut adalah bahwa perusahaan Toshiba ingin memasukan unsur-unsur barat ke dalam iklannya yang menawarkan produk mesin pembuat roti praktis. Roti sangat identik sebagai makanan orang barat sehingga untuk menggambarkan unsur barat tersebut dimunculkan seorang perempuan yang juga berpenampilan seperti orang barat. Selain itu, tanda dalam adegan ini menunjukan bahwa dengan menggunakan produk dari Toshiba tersebut. Jepang menjadi mampu membuat roti sendiri dengan praktis seperti di negara-negara barat.
Dalam keseluruhan adegan, perempuan yang berpenampilan seperti orang barat dalam iklan ini berbicara menggunakan bahasa Jepang namun dengan aksen ‘kebarat-baratan’ yang sangat berlebihan dan terdengar lucu. Hal tersebut kemudian menjadikan iklan ini kontroversial karena terkesan menghina cara berbicara orang barat. Untuk memperjelas ucapannya tersebut maka pembuat iklan menambahkan subtitle dalam tulisan katakana. Sehingga penanda (signifier) dalam adegan ini adalah tulisan katakana. Signified meaning dari tanda tersebut adalah penekanan karakter orang barat atau asing (gaijin). Hal ini ingin menunjukan bahwa yang berbicara adalah orang asing meskipun pada saat berbicara tetap menggunakan bahasa Jepang. Tujuan lainnya adalah untuk memperlihatkan unsur komedi dalam iklan tersebut.
Seluruh adegan dalam iklan ini memiliki latar tempat di ruangan kantor sehingga signifier-nya adalah ruang kantor. Signified meaning dari latar ruang kantor tersebut adalah kesibukan yang dijalani wanita Jepang sekarang ini, dimana sudah banyak wanita yang memilih untuk bekerja dan lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor. Hal tersebut menunjukan bahwa produk pembuat roti yang ditawarkan tersebut ditujukan untuk para pekerja yang tidak memiliki waktu banyak tetapi ingin membuat roti sendiri dengan waktu yang singkat dan rasa yang nikmat.
Dalam iklan ini dikatakan bahwa untuk membuat roti secara praktis seperti membuat bento/nasi bekal merupakan hal yang sulit dan mustahil serta tidak pernah dipikirkan oleh orang sebelumnya. Namun, setelah mereka mengatakan hal tersebut, tiba-tiba muncul produk yang ditawarkan oleh Toshiba di bagian tengah dan menjadi pusat perhatian kedua perempuan tersebut. Diperlihatkan juga ekspresi terkejut yang menunjukan bahwa alat pembuat roti tersebut benar-benar hal yang baru di Jepang. 
Tujuan utama dari pembuatan iklan ini adalah untuk menawarkan produk dari Toshiba yaitu berupa mesin pembuat roti. Sehingga penanda (signifier) dalam adegan ini adalah roti. Signified meaning dari tanda tersebut adalah menunjukan bahwa sudah masuknya unsur-unsur barat (westernisasi) ke dalam kehidupan masyarakat Jepang, salah satunya adalah dengan mengganti menu makanan dari nasi menjadi roti. Di mana setelah Perang Dunia II, roti menjadi simbol dari pendudukan Amerika (sekutu) di Jepang, sehingga roti sangat identik dengan makanan orang barat. Selain itu, dalam adegan ini juga ditunjukan bahwa alat pembuat roti dari Toshiba ini yang menjadi jawaban dari keinginan orang Jepang untuk dapat membuat roti sendiri dengan praktis dan enak yang ditunjukan melalui ekspresi perempuan berkulit putih.
Pada bagian akhir iklan, ditampilkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat roti serta nasi dengan latar belakang berwarna oranye. Hal ini juga menjadi salah satu strategi untuk menarik minat konsumen. Warna merupakan qualisign, di mana warna oranye adalah pencampuran dari dua warna hangat yaitu merah dan kuning. Makna psikologis oranye adalah kehangatan, dan energi. Warna oranye pun merepresentasikan semangat dan sesuatu yang menarik. Sehingga sifat warna oranye yang ditampilkan dalam iklan ini memiliki daya tarik yang kuat, karena mampu merangsang pandangan mata. Jika dikaitkan dengan produk warna oranye adalah warna rasa yang sering diasosiasikan dengan makanan, merangsang kegembiraan dan nafsu makan.

Dengan menggunakan metode semiotika maka kita dapat mengetahui bahwa dalam menawarkan suatu produk melalui iklan, terkadang para produsen atau penjual tidak menyampaikan pesannya secara langsung melainkan melalui berbagai tanda tertentu hingga akhirnya dapat diberikan makna oleh penonton atau konsumen. Tanda-tanda yang dimunculkan dalam iklan pembuat roti SuiPanDa dari Toshiba ini menggambarkan adanya pandangan secara stereotip terhadap orang barat. Serta tanda-tanda lainnya yang menunjukan sasaran penjualan serta tujuan dari pembuatan iklan tersebut.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMIOTIKA MAKNA PADA LIRIK LAGU MANUSIA KUAT – TULUS

Ikon, Indeks, dan Simbol Dalam Lambang Centang: Kajian Semiotika

DESKRIPSI WARNA PADA IKON LAYANAN ON-DEMAND GO-RIDE, GO-CAR, GO-FOOD PADA APLIKASI GO-JEK